Berpikir Positif


Secara sederhana, berpikir positif atau kerennya 'positive thinking' adalah memandang sesuatu dari sisi positifnya, sisi baiknya. Pikiran seperti ini didasarkan pada konsep psikologis bahwa akan lebih menguntungkan dan berakibat baik dengan berpikir positif daripada berpikir negatif karena berpikir negatif hanya akan membuat anda takut dan tidak berani mencoba. Tapa mencoba orang tidak akan memeroleh apa-apa lagi selain keberadaannya sekarang, dan bahkan mungkin akan kehilangan keberadaannya yang sekarang.

Namun demikian banyak pula orang yang beraliran pikiran negatif , meski mereka tidak mengakuinya. Dalih utamanya biasanya "hat-hati" daripada terperosok. Mereka-mereka ini adalah orang yang takut mencoba hal baru, takut kehilangan apa yang telah dimilikinya sekarang, dan tentu saja sangat posesif dengan zona kenyamanan. Bahasa masa kininya ' status quo'. mereka-mereka ini adalah orang yang "menunggu bukti" bukan yang berani mencoba "menjadi bukti."

Dalam buku "Semua Orang Bisa Hebat" (Grasindo, 2007) dikatakan bahwa 'Pecundang Pecundang adalah orang yang tak berani mencoba' dan 'Pecundang tak kan mempersunting puteri jelita'

(By the way but not the bus way, istilah "hati-hati" sebenarnya bukan berarti tidak mencoba. Justru karena mencoba sesuatu yang baru orang harus juga berhati-hati. Jadi, hati-hati bukan alasan bagi para pecundang!)

Dari sudut religiusitas, positive thinking didasari pada konsep bahwa Tuhan itu Maha Baik, Bijaksana dan mencintai hasil karyanya terutama manusia. Karena itu Tuhan senantiasa memberikan sesuatu yang baik adanya. Segalanya baik dan demi kebaikan kita, manusia. Mansialah yang keliru melihatnya sebagai bencana, masalah, kesultan, atau hal-hal yang buruk karena terlalu posesif terhadap kenyamanan yang selama ini dinikmatinya. Tidak heran kalau setiap agama selalu mengajurkan agar kita mencari hikmah dari setiap hal 'buruk' yang menimpa kita karena Tuhan selalu bermaksud baik!

Motto yang biasa dipakai adalah "Trust Your Hope, Not Your Fear"!

Jadi, adakah anda sudah berpikir positif?
Kalau sudah, coba renungkan cerita menarik berikut ini:

Alkisah ada seorang karyawan, sebut saja Bejop namanya, baru pindah dari kota lain ke kota yang baru karena ditugaskan oleh kantornya. Di tempat yang baru ini ia tinggal di sebuah komplek perumahan yang disediakan oleh kantornya dan banyak karyawan kantornya yang juga tinggal di komplek itu.

Belum genap satu minggu ia berada di tempat barunya itu suatu malam ia didatangai oleh seorang wanita setengah baya dengan wajah yang sedih dan menghiba. Wanita itu mengaku ia adalah tetangga yang tinggal beberapa blok saja dari rumah si karyawan kita, Bejo, ini. Setelah dipersilakan masuk, wanita itu segera menyampaikan niatnya dengan terisak-isak minta tolong karena anaknya jatuh sakit parah dan harus segera mendapatkan perawatan darurat di rumah sakit. Jika tidak anaknya mungkin tidak akan tertolong jiwanya, padahal dia hanya wanita miskin yang tak mampu membayar jaminan perawatan.
"Tolong saya pak, tolonglah anak saya....Dia baru berumur 7 tahun... pak. Kasihanilah ...kami..pak ...hu ..hu..u," kata wanita itu sambil berurai air mata.

Si Bejo tercekat hatinya dan bisa merasakan kepedihan wanita itu karena dia juga punya anak seumur anak yang sakit itu.
"Berapa biaya yang diperlukan, bu", tanyanya.
"Saya tidak tahu ..pak, tetapi rumahsakit minta jaminan 1,5 juta rupiah...pak...hu..huu."
"Wah, banyak juga ya...," kata si karyawan.
"Tolong...kami...pak...jangan biarkan dia ..mati..pak. Saya ta...tahu harus..kemana ..lagi..pak."

Dalam hati, Bejo sendiri merasa berat dengan uang sebesar itu karena dia hanya mempunyai 2 juta rupiah dan itupun sudah berkurang 200 ribu untuk berbagai keperluan selama ini. Ia bukan orang kaya dan gajinya hanya cukup untuk keperluan hidup keluarganya yang masih tiggal di kota yang lama.

"Tolonglah.. anak saya, pak," kata wanita itu lirih sambil menunduk lesu dan tampak putus asa.

Bejo bimbang! Ia merasa agak berat karena untuk keperluannya sendiri tentu akan terbengkalai, tetapi kalau anak itu tidak ditolong dan mati, ia akan meraa bersalah dan berdosa.
Hatinya ragu. Tetapi akhirnya ia membulatkan tekad untuk memberikan uangnya. "Urusanku sendiri biar nanti saja aku pikirkan," katanya dalam hati.

Bejo segera masuk ke kamarnya dan mengambil uangnya lalu diberikannya kepada wanita itu.
"Ini, bu. Semoga anak ibu cepat mendapat pertolongan dan cepat sembuh!" katanya mantap.
"Terimakasih, pak...," jawab wanita itu sambil menerima uang dan mencium tangan Bejo, dan segera pula pamit berlalu.

Sebelum pergi tidur, Bejo menyempatkan diri mendoakan agar anak yang sakit itu segera sembuh. Akan halnya keperluan bagi dirinya, ia akan meminjam pada kantornya atau rekannya besok. Malam itu Bejo dapat tidur dengan tenang.

Esok harinya, saat ia hendak meminjam uang, kas bon istilahnya, ia bercerita kepada rekan-rekannya atas kedatangan wanita setengah baya itu.
"Ah, lega rasanya bisa menolongnya. Moga-moga si anak bisa sembuh," katanya mengakhiri ceritanya.

Tetapi, apa reaksi teman-temanya?
Mereka semua terbahak-bahak menertawakannya.
"Hahaha...haha..! Satu lagi korban yang jatuh! hahaa..ha!" derai tawab rekan-rekannya.
"Lho, kalian kok mentertawai saya?" tanya Bejo, bingung.
"Mas Bejo, .. Anak itu tidak sakit," kata seorang rekan yang juga tinggal di komplek yang sama. "Wanita itu juga bukan tetangga kita dan kita tidak tahu dimana ia tinggal. Hanya saja, setiap kali ada orang baru ia akan segera datang menemui dan menghiba-hiba minta tolong membantu anaknya yang sakit parah. Itu sudah menjadi modus operandi penipuannya!...hahaha..." lanjut rekannya.

"????????...!!!"

Nah, kalau anda yang mengalami seperti Bejo itu, apa rekasi anda?

-----------------------------------------------

Berani uji positive thinking lagi?
Silakan klik disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan memberi komentar, apapun pendapat anda itu milik anda.

Paling Banyak Dibaca

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Oh Indonesiaku

Gerakan Masyarakat Hirau Aturan