#1 PENGALAMAN adalah MUSUH!

Paradigma Baru -Pengalaman

Ya, benar. Jangan kaget lho!
Kalau pada umumnya orang memandang 'Pengalaman adalah Guru yg Terbaik!' itu sudah kuno. Gak musimnya disini! Apalagi guru sekarang pada ngajar sambil usaha sampingan ngojek! Mana bisa fokus en maksimal (tapi ini bukan salahnya sang Guru, lho! Yang salah itu si Kambing Hitam!).

Anjuran dari paradigma baru kita yang pertama adalah Jangan Belajar dari Pengalaman! Sebabnye, kalo anda mau berbeda tentu tidak boleh menggunakan pengalaman yang pernah ada. Hasilnya paling pol hanya akan sama seperti yang anda pelajari itu. Artinya, sama dengan yang sudah ada, sudah biasa.
Ingat gak tuh cerita tentang telurnya om Columbus (lu jangan mikir macam-macam ya?). Waktu gak ada orang yang berhasil mendirikian tuh telur (matang) di atas meja, si om Columbus dengan tenang menggunakan caranya yang berbeda: digetoknya sedikit ujung telur itu hingga agak depes (nih bahasa apa?) lalu dengan mudah mendirikannya. "Oh, kalo gitu gue juga bisa!" kata anda, sama dengan orang-orang yang tadi gagal itu. Om Columbus jelas tidak menggunakan pengalaman sebelumnya, wong belum pernah ada. Sepele memang, tapi LUAR BIASA!

Nah, waktu giliran orang-orang itu mencoba cara yang dipake Om Columbus (setelah melihat dan mempelajarinya) dengan mudah mereka bisa melakukannya. Hebat, gak? Lha, ya nggak lah yao! Apa yang mereka lakukan jadi biasa saja. Wong sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Om gue itu!

"Lha, apa belajar dari pengalaman gak penting, Dul!?" Gitu kan protes anda?

Ya, siapa yang bilang gak penting! Belajar dari pengalaman tetap penting, tetap menjadi guru yang terbaik! Tetapi itu dalam rangka menjadi BAIK bukan menjadi berbeda atawa Luar Biasa! Kalau ente belum baik, masih katro, maka belajarlah dari pengalaman supaya bisa menjadi baik seperti yang dilakukan si guru itu.

Mudheng ra, kowe? (nih bahasa jawa, tau.)

Kalo belum mudheng atau daya dhong anda rendah, saya jelaskan pelan-pelan berikut ini.
Kita gunakan kearifan dari negeri Jepang (dengan cara baca seperti orang Batak ya) saja, secara berurutan begini:
Anda berangkat dari kondisi katro alias blegug bin bego. Maka untuk menjadi baik ada dua langkah yang harus anda tempuh.
Langkah pertama: NITENI.
Langkah kedua : NIROKAKE
Ngerti gak tuh bahasa Jepang, artinya?
Niteni adalah mengamati, memperhatikan dengan seksama sesuatu (pengalaman) yang hendak anda pelajari. Setelah anda mengetahui dengan baik lalu gunakan langkah kedua, Nirokake, yaitu berlatih menirukan, mempraktekkan sebaik mungkin yang telah anda ketahui dari langkah Niteni itu. Anda harus mencoba-dan mencoba lagi hingga mahir bahkan mungkin bisa sama ahlinya dengan si guru. Dan dengan begitu ente mendapat predikat: BAGUS atau BAIK! Belum Hebat.
Nah, jika anda akan melebihi guru anda tadi, anda perlu langkah ke tiga, yakni NAMBAHI. Ini berarti anda harus menambahkan, memodifikasi atau mengutak-atik lebih jauh dari yang sudah anda kuasai itu. Kalo berhasil, anda sedang menuju ke proses Hebat, tapi belum Hebat, karena masih menggunakan basis atau modal dasar yang telah ada. Sebagus apapun usaha anda dengan modal dasar itu, hasilnya akan ada batasnya, asimptotis, kata para pakar! Mentok kata orang Jawir eh Jowo mas.

Untuk menghasilkan yang spektakuler, anda harus meninggalkan basis pengalaman itu. Anda harus mencari sesuatu dengan cara pandang yang berbeda. Karena itu, gunakan langkah yang ke empat yakni NEMOKAKE! Ini berarti anda harus menemukan atau menciptakan sesuatu yang belum ada, yang baru sama sekali. Untuk cara pandang lama harus ditinggalkan.

Mari kita ambil contoh nyata saja.
Ingat pita kaset? Nah, berapa banyak lagu yang bisa disimpan disitu, paling banyak 12 sampai 14 lagu. Masa jaya kaset itu cukup lama, lebih dari 20 tahun karena orang cuma mengutak atik teknologi penyimpanan data berbasis pita. Bagaimanapun juga kalau mau menyimpan lagu lebih banyak ada batasnya! Atau harus dibuat pita yang besoar dan puanjang banget. Lah ya, player anda mau seberapa besar nantinya. Makanya orang berpikir dengan cara lain, meninggalkan konsep pita selulosa itu dan menggantinya dengan cara baru melalui disc yang bacanya pake optik. Nah ente tahu berapa banyak kan data atawa lagu yang bisa disimpan di benda tipis itu? Playernya juga semakin kecil, malah segenggam tangan pun gak ada. Hebat, bukan?

So, bakso en soto, kalau anda mentok dengan cara yang lama, hasilnya nggak spektakuler tambahnya, tinggalkan dan cari cara baru dengan cara pandang yang berbeda! OK?

"Selamat Mencoba!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan memberi komentar, apapun pendapat anda itu milik anda.

Paling Banyak Dibaca

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Oh Indonesiaku

Gerakan Masyarakat Hirau Aturan